Posted by : Sinta's World Apr 1, 2012





Tanggal 30 Maret di setiap tahunnya, adalah hari yang menggembirakan bagi insan perfilman Indonesia, kawan. Kenapa, karena pada hari itu telah ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.
Alasannya, pada tanggal 30 Maret 1950 adalah hari pertama pengambilan gambar untuk film “Darah dan Doa” atau “Long March of Siliwangi” yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Inilah film lokal pertama yang bercirikan Indonesia dan disutradarai oleh orang Indonesia asli, serta diproduksi oleh perusahaan Indonesia yang bernama Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang juga didirikan oleh sang sutradara, Usmar Ismail.



Industri film nasional sendiri, sebenarnya sudah ada sejak tahun 1926, lho. Dan, terus berkembang hingga tahun 1942. Dimana film nasional pertama, berjudul “Loetong Kasaroeng”, sebuah film bisu yang disutradarai oleh dua orang belanda bernama G. Krugers dan L. Heuveldorf. Kemudian, pada tahun 1950, muncullah film yang dulu disebut “gambar idoep” yang dibuat oleh anak bangsa. Film tersebut sangat diminati oleh masyarakat kota besar saat itu, seperti di Batavia, Bandung dan Surabaya.
Nonton film di bioskop, waktu itu nggak bisa senyaman seperti sekarang, lho. Saat itu bioskop dibagi berdasarkan ras, dimana bioskop untuk orang eropa hanya memutar film asing, dan bioskop pribumi dan tionghoa memutar film import dan produksi lokal.
Baru, tahun 1980 bisa dibilang era ke-emasan perfilman Indonesia. Film Indonesia berhasil menjadi raja di negeri sendiri, salut. Aktor dan aktris berbakat seperti, Onky Alexander, Lidya kandau, Meriam Bellina, Marisa Haque, Ray Sahetapi dan lainnya, melejit bersamaan dengan larisnya film mereka.
Namun, memasuki akhir tahun 1990 sampai awal 2000, film Indonesia seperti mati suri. Bioskop-bioskop yang ada di kota besar di Indonesia, dipenuhi oleh film produksi Hollywood. Serta, masyarakat lebih tertarik dengan fulm luar daripada film lokal. Selain itu, juga maraknya sinteron yang tayang di televise nasional.

Kembali Berjaya


Baru pada tahun 2002, kehadiran film bergenre remaja berjudul “ Ada Apa Dengan Cinta” kembali menggairahkan perfilman Indonesia. Sejak itu, para sineas film Indonesia, mulai berlomba-lomba menciptakan film Indonesia yang berkualitas. Sebut saja, Riri Reza, Mira Lesmana, Rudi Soedjarwo, Jay Subiakto, Hanung Bramantyo dan lainnya, yang berhasil membuat film Indonesia berkualitas, seperti GIE, Laskar Pelangi, Jomblo, negeri 5 menara.
Sampai yang terbaru dan terheboh, “The Raid” yang meraih sukses luar biasa di tingkat dunia, seperti The Best Film sekaligus Audience Award di Jameson Dublin International Film Festival, karya favorit juri di Festival Film Sundance, meraih penghargaan tertinggi The Cadillac People’s choice Award untuk kategori Midnight Madness dalam ajang Toronto International Film Festival (TIFF). Serta, masuk dalam jajaran 50 film action terbaik sepanjang masa, versi imdb.com ( situs khusus film dunia ) dan menuju box office Amerika, wow.
Tentu, ini sebuah prestasi luar biasa sekaligus membanggakan bagi perfilman Indonesia, yang sekarang ini sedang dilanda film bergenre horor berbau pornografi menyerbu bioskop-bioskop Indonesia. Semoga ke depannya, kita semua bisa menyaksikan tontonan berkualitas yang dihasilkan oleh anak bangsa sendiri.


Selamat Hari Film Indonesia ya! Majulah Perfilman Indonesia




sumber

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Sinta's World - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -